Sunday, September 25, 2016

Makalah Retorika - "Faktor yang Mempengaruhi Efektivitas Komunikasi Retoris"


BAB I
 PENDAHULUAN

         1.1.            Latar Belakang
Secara etimologis, retorika berasal dari bahasa Yunani, Rhetrike yang berarti seni kemampuan berbicara yang dimiliki seseorang. Aristoteles dalam bukunya Rhetoric mengemukakan pengertian retorika, yaitu kemampuan untuk memilih dan menggunakan bahasa dalam situasi tertentu secara efektif untuk mempersuasi orang lain. Sedangkan menurut Gorys Keraf, retorika adalah suatu istilah secara tradisional yang diberikan pada suatu teknik pemakaian bahasa sebagai seni yang didasarkan pada suatu pengetahuan yang tersusun baik. Menurut P. Dori Wuwur Hendrikus, retorika adalah kesenian untuk berbicara baik yang digunakan dalam proses komunikasi antarmanusia.
Retorika berarti kesenian untuk berbicara dengan baik (kunst, gut zu reden atau ars bene dicendi), yang dicapai berdasarkan bakat alam (talenta) dan keterampilan teknis (ars, techne). Kesenian berbicara ini bukan hanya berarti berbicara lancar tanpa pikiran yang jelas dan tanpa isi, melainkan suatu kemampuan untuk berbicara dan berpidato secara singkat, jelas, padat, dan mengesankan. Retorika modern mencakup ingatan yang kuat, daya kreasi dan fantasi yang tinggi, teknik pengungkapan yang tepat dan daya pembuktian serta penilaian yang tepat. Retorika modern adalah gabungan yang serasi antara pengetahuan, pikiran, kesenian dan kesanggupan berbicara. Di dalam bahasa populer, retorika berarti pada tempat yang tepat, pada waktu yang tepat, atas cara yang lebih efektif, mengucapkan kata-kata yang tepat, benar dan mengesankan.
Keterampilan dan kesanggupan untuk menguasai seni berbicara dapat dengan mencontoh para rektor yang terkenal (imitatio), dengan mempelajari dan mempergunakan hukum-hukum retorika (doctrina), dan dengan melakukan latihan yang teratur (exercitium). Di dalam seni berbicara juga dituntut penguasaan bahan (res) dan pengungkapan yang tepat melalui bahasa (verba).
Kesenian dalam berbicara itu agaknya tidak selalu sempurna ada faktor-faktor yang mempengaruhi efektivitas komunikasi retorisnya, maka hal inilah yang menjadi latar belakang penyusunan karya tulis ini.
         1.2.            Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut, rumusan masalah dalam makalah ini sebagai berikut.
1.      Apa yang dimaksud retorika ?
2.      faktor yang mempengaruhi efektivitas komunikasi retoris ?
3.      Mengapa retorika perlu untuk dipelajari ?

          1.3.            Tujuan Penulisan
Sehubungan dengan latar belakang dan rumusan masalah tersebut, tujuan penulisan makalah ini sebagai berikut.
1.      Menjelaskan pengertian retorika.
2.      untuk mengetahui faktor apa saja yang mempengaruhi efektivitas komunikasi retoris
3.      untuk mengetahui untuk apa kita mempelajari retorika.

BAB II
PEMBAHASAN


          2.1.            Retorika
Berbicara baik di depan umum ataupun dengan seseorang, pada hakikatnya merupakan proses komunikasi di antara kedua belah pihak yang terlibat dalam pembicaraan itu.
Di dalam proses itu nampak  adanya penyampaian informasi, ide beserta sikap dari seseorang kepada orang atau sekelompok orang lain dengan tujuan tertentu yang dicanangkan si pembicaranya. Jadi dengan kata lain, pembicaraan dimaksud melibatkan segalah komponen serta unsur-unsur komunikasi. Bahkan mungkin juga berlangsung lama hingga mencapai situasi dan kondisi kedua belah pihak memperoleh kesamaan makna terhadap apa yang di perbincangkannya.
Istilah “komunikasi” sendiri pada hakikatnya mengandung arti ganda. Komunikasi bisa di artikan sebagai hubungan antar bagian-bagian mesin, seperti as gardan pada mobil, pemindahan tenaga listrik pada perkakas dapur, jalan penghubung kota; dan pengaruh suatu organisme lainnya.
Di dalam hal pengertian yang terakhir, kita dapat mengenal adanya komunikasi di kalangan hewan, dari kicauan burung, kokok ayam, raungan kucing, sampai pada gonggongan anjing yang mengandung peringatan atau hardikan. Karena itu kita bisa lebih kenal lagi pada konsep dasar  yang  membatasi komunikasi dengan interaksi di kalangan manusia.
Demikian komunikasi di kalangan manusia merupakan upaya mengubah sikap, sifat, pendapat, dan perilaku orang lain dengan menggunakan sinyal dan atau simbol yang dirasakan melalui pikiran sehat orang lain itu, sadar ataupun tidak (jones, 1978: 6)
Lebih operasional lagi Carl I Hovland (1953: 12) menyatakan bahwa komunikasi adalah proses di mana seorang insan ( biasanya berupa lambang dalam bentuk kata-kata) untuk mengubah perilaku insan lainnya ( hadirin). Kemudian dalam hal ini Hovland mengemukakan empat faktor yang terlibat dalam proses komunikasi yang dimaksud yaitu
1.      Komunikator yang memprakasi komunikasinya
2.      Rangsangan ( stimulus atau lazim pula disebut pesan komunikasi ) yang disampaikan oleh komunikator
3.      Hadirin ( biasa disebut komunikan ) yang menanggapi pesan komunikasi tersebut
4.      Tanggapan hadirin terhadap pesan komunikasi yang disampaikan komunikator itu
Tidak seorang komunikator melakukan sesuatu perilaku apabila tidak di rangsang oleh panca indranya yang memperoleh kesan dari suatu kehdiran fakta, data, gejala, atau peristiwa yang ada disekitarnya. Fakta, data, gejala, atau peristiwa, maupun apa saja yang ada di alam semesta ini akan selalu menimbulkan kesan pada otak siapa pun atas laporan panca indranya.
Atas persepsinya itu timbul idea tau inisiatifnya untuk menyampaikan pesan yang akan merangsang lawan bicara atau orang lain yang memedulikannya, baik mereka hadir di hadapannya maupun tidak. Melalui idenya itu si komunikator  merekayasa  pesan-nya sedemikian rupa serta menyampaikannya kepada komunikan dengan didasarkan pada tujuan yang diinginkannya. Di dalam keadaan tidak sama, komunikator akan selalu berusaha keras untuk “menyamakannyaakibat dengan tujuan yang dikehendakinya, dalam arti berusaha mempengaruhi komunikan agar berpersepsi yang sama terhadap pesan dan tujuan  yang disampaikannya. Dengan kata lain, komunikasi membuat si penerima dan si pemberi  sama-sama atau bersesuaian (tuned) dalam menanggapi suatu pesan (onong, 1973 : 39 ). Demikian, sebenarnya komunikasi akan berlangsung apabila di dalamnya terlibat paling sedikit enam unsur yaitu; sumber, komunikator pesan, komunikan, tujuan dan akibat. Sedangkan bagi komunikasi sifaatnya luas, umum, melibatkan jarak jangkauan penyampaian pesan yang jauh, selalu harus menggunakan media.  Adapun Situasi-nya  justru tergantung pada kondisi dari masing-masing unsur tersebut.
Dalam hal berlangsungnya suatu komunikasi, para pelaku komunikasi - baik komunikator maupun komunikan – menjalani kondisi di mana masing-masing memperoleh persepsi terhadap situasi yang terjadi pada saat itu. Karenanya syarat utama untuk mencapai kesamaan (commonnes ) pendapat, sifat, sikap, dan perilaku terhadap pesan yang timbul dalam proses komunikasi itu, masing-masing pelaku komunikasi harus mampu dan mau ber-empati (memproyeksikan dirinya pada diri lawan dalam berkomunikasi itu).
Dengan demikian, masing-masing pelaku komunikasi akan dapat memahami maksud dari penyampaian pesan (yang dilakukan komunikator) maupun umpan balik yang muncul sebagai akibat (penerimaan komunikan terhadap pesan tersebut) yang terjadi pada diri komunikan. Kesediaan untuk berempati merupakan suatu sikap psikologis yang berintikan itikad baik untuk mencapai persesuaian paham (astrid, 1982: 6).
Dalam hal ini jelas bahwa prinsip  dasar dari komunikasi akan melibatkan pelbagai bentuk persuasi, sekalipun dalam situasi komunikasi tatap muka (Hovland. 1953:5). Melalui empati dan teknik-teknik persuasinya, komunikator  berusaha memepengaruhi komunikannya, dalam arti berupaya mempengaruhi komunikannya, dalam arti berupaya mengubah sikap, sifat, pendapat, dan perilaku komunikan sesuai dengan apa yang dikehendakinnya.
Apabila sikap, sifat, pendapat, atau pelaku komunikan itu sesuai dengan kehendak komunikatornya, maka komunikasinya yang dimaksud dikatakan berhasil, dalam arti kehendak komunikator itu tercapai. Dalam hali ini terwujud suatu  kesamaan makna terhadap pesan komunikasi antara komunikator dengan komunikan.
Situasi demikian seringkali terjadi selama komunikasi itu belum menunjukkan perubahan yang sesuai dengan keinginan komunikatornya, atau akibat  dari komunikasi itu belum menunjukkan sama dengan tujuannya. Selama itu pula komunikasi akan berlangsung dengan timbale balik, dimana masing-masing pelakunya berubah-ubah status dari komunikator menjadi komunikan sebaliknya komunikan menjadi komunikator.

Hakikat Retorika
Titik tolak retorika adalah berbicara. Berbicara berarti mengucapkan kata atau kalimat kepada seorang atau sekelompok orang, untuk mencapai suatu tujuan tertentu (misalnya memberi     motivasi). Berbicara adalah salah satu kemampuan khusus pada manusia. Oleh karena itu pembicaraan itu setua umur bangsa manusia. Bahasa dan pembicaraan itu muncul, ketika manusia mengungkapkan dan menyampaikan pikirannya kepada manusia lain.
Retorika berarti kesenian untuk berbicara baik (kunst, gut zu reden atau ars bene dicendi), yang dicapai berdasarkan bakat alam (talenta) dan keterampilan teknis (ars , techne). Dewasa ini retorika diartikan sebagai kesenian untuk berbicara baik, yang dipergunakan  dalam proses komunikasi antar manusia.
Retorika modern mencakup ingatan yang kuat, daya kreasi dan fantasi yang tinggi, teknik pengungkapan yang tepat dan daya pembuktian serta penilaian yang tepat. Retorika modern adalah gabungan yang serasi antara pengetahuan, pikiran, kesenian dan kesanggupan berbicara.
Di dalam bahasa percakapan atau bahasa populer, retorika berarti pada tempat yang tepat, pada waktu yang tepat, atas cara yang lebih efektif, mengucapkan kata-kata yang tepat, benar dan mengesankan. Keterampilan dan kesanggupan untuk menguasai seniberbicara ini dapat dicapai dengan mencontoh para rector yang terkenal (imitatio) dengan mempelajari dan mempergunakan hukum-hukum retorika (doctrina) dan dengan melakukan latihan yang teratur (excercitium). Dalam seni berbicara dituntut juga penguasaan bahan (res) dan mengungkapan yang tepat melalui bahasa melalui (verba).
Retorika juga merupakan suatu gaya/seniberbicara baik yang dicapai berdasarkan bakat alami (talenta) dan keterampilan teknis. Dewasa ini retorika diartikan sebagai kesenian untuk berbicara baik, yang dipergunakan dalam proses komunikasi antar manusia. Kesenian berbicara ini bukan hanya berarti berbicara secara lancar tampa jalan pikiran yang jelas dan tanpa isi, melainkan suatu kemampuan untuk berbicara dan berpidato secara singkat, jelas, padat dan mengesankan. Retorika modern mencakup ingatan yang kuat, daya kreasi dan fantasi yang tinggi, teknik pengungkapan yang tepat dan daya pembuktian serta penilaian yang tepat.
Ber-retorika juga harus dapat dipertanggungjawabkan disertai pemilihan kata dan nada bicara yang sesuai dengan tujuan, ruang, waktu, situasi, dan siapa lawan bicara yang dihadapi.
Titik tolak retorika adalah berbicara. Berbicara berarti mengucapkan kata atau kalimat kepada seseorang atau sekelompok orang, untuk mencapai suatu tujuan tertentu (misalnya memberikan informasi atau memberi informasi). Berbicara adalah salah satu kemampuan khusus pada manusia. Oleh karena itu pembicaraan setua umur bangsa manusia.
Bahasa dan pembicaraan ini muncul, ketika manusia mengucapkan dan menyampaikan pikirannya kepada manusia lain. Retorika modern adalah gabungan yang serasi antara pengetahuan, pikiran, kesenian dan kesanggupan berbicara. Dalam bahasa percakapan atau bahasa populer, retorika berarti pada tempat yang tepat, pada waktu yang tepat, atas cara yang lebih efektif, mengucapkan kata-kata yang tepat, benar dan mengesankan. Ini berarti orang harus dapat berbicara jelas, singkat dan efektif. Jelas supaya mudah dimengerti; singkat untuk mengefektifkan waktu dan sebagai tanda kepintaran; dan efektif karena apa gunanya berbicara kalau tidak membawa efek? dalam konteks ini sebuah pepatah cina mengatakan,orang yang menembak banyak, belum tentu seorang penembak yang baik. Orang yang berbicara banyak tidak selalu berarti seorang yang pandai bicara”. Keterampilan dan kesanggupan untuk menguasai seni berbicara ini dapat dicapai dengan mencontoh para rektor atau tokoh-tokoh yang terkenal dengan mempelajari dan mempergunakan hukum-hukum retorika dan dengan melakukan latihan yang teratur. Dalam seni berbicara dituntut juga penguasaan bahan dan pengungkapan yang tepat melalui bahasa.


          2.2.            Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Efektivitas Komunikasi Retoris
Ada banyak faktor yang dapat mempengaruhi efektivitasdalam proses komunikasi retoris. Faktor-faktor ini terdapat pada setiap unsur komunikasi seperti: komunikator, pesan, medium dan resipiens.
a.      Pada komunikator
Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi efektivitas dalam proses komunikasi retoris adalah:
1.      Pengetahuan tentang komunikasi dan keterampilan berkomunikasi
Yang dimaksud adalah penguasaan bahas dan keterampilan mempergunakan bahasa; keterampilan mempergunakan media komunikasi untuk mempermudah proses pengertian pada resipiens; kemampuan untuk mengenal dan menganalisis situasi pendengar sehingga dapat memberikan sesuatu yang sesuai dengam kebutuhan mereka.
2.      Sikap komunikator
Sikap komunikator seperti agresif (menyerang) atau cepat membela diri, sikap mantap dan mengyakinkan; sikap rendah hati, rela mendengar dan menerima anjuran dapat memberi dampak yang besardalam proses komunikasi retoris.
3.       Pengetahuan umum
Demi efektivitas dalam komunikasi retoris, komunikator sebaiknya memiliki pengetahuan umum yang luas karena begitu dia dapat mengenal dan menyelami situasi pendengar dab dapat mengerti mereka dengan lebih baik.
4.      Sistem sosial
Sistem komunikator berada dan hidup di dalam system masyarakat tertentu. Posisi, pangkat atau jabatan yang dimiliki komunikator di dalam masyarakat sangat mempengaruhi berpengaruh atau tidak).
5.      Sistem kebudayaan
           
Di samping sistem sosial, sistem kebudayaan yang dimiliki seorang komunikator juga dapat mempengaruhi efektivitas komunikasi retoris.
b.      Faktor-faktor pada Resipiens
Faktor-faktor ini pada umumnya sama dengan faktor-faktor yang mempengaruhi komunikator.
1.      Pengetahuan tentang komunikasi dan keterampilan berkomunikasi
Komunikasi tidak akan terjadi apabila bahasa yang dipergunakan oleh komunikator tidaak dimengerti oleh resipiens. Dalam hubungan dengan hal ini, perlu diperhatika bahwa pendengar mempunyai cara memndengar dan mengerti sendiri, yang dapata berbeda dari apa yang sebenarnya dimaksud oleh komunikator.
2.      Sikap resipiens
Faktor ini juga dapat menentukan aktivitas komunikasi retoris. Sikap-sikap positif seperti terbuka, senang, tertarik dan simpatik akan member pengaruh positif dalam proses komunikasi; sebaliknya sikap-sikap negatif seperti tetutup, jengkel, tidak simpatik tehadap komunikator akan mendatangkan pengaruh negatif.
3.      Sistem Sosial dan Kebudayan
Sistem sosial dan kebudayaan tetentu dapat menghasilkan sifat dan karakter khusus pada resipiens. Orang dapat bersifat patuh, rendah hati, suka mendengar, tidak banyak bicara atau tidak berani menantang. Di lain pihak orang bisa menjadi kritis, suka membantah dan tidak mudah tunduk pada pimpinan.

       c.       Faktor-faktor Pada Pesan dan Medium
Antara komunikator dan resipiens ada pesan dan medium. Kedua faktor ini perlu diperhatikan oleh komunikator secara khusus dalam proses komunikasi retoris.
1.      Elemen-elemen pesan
Komunikator menerjemahkan pesan dengan mempergunakan medium. Dalam proses ini, komunikator harus memperhatikan elemen-elemen yang membentuk pesan, supaya komunikasi dapat membawa efek yang besar.
2.      Struktur pesan
Struktur pesan yang ingin disampaikan juga dapat mempengaruhi efektivitas proses komunikasi retoris. Yang perlu diperhatikan adalah susunan organis di mana elemen-elemen itu dikedepankan untuk mengungkapkan pesan.
3.      Isi pesan
Isi pesan yang diungkapkan lewat medium harus dipertenggangkan dengan situasi resipiens. Isi pesan seharusnya mudah ditangkap, tidak terlalu sulit, dan tidak mengandung terlalu banyak kebenaran, karena dapat membingungkan resipiens.
4.      Proses pembeberan
Yang dimaksudkan adalah cara membawakan dan mengemukakan pesan dari komunikator. Ada tiga kemungkinan yang dapat dipilih yaitu membawakan secara bebas, tanpa teks, terikat pada teks, atau setengah bebas. Ketika kemungkinan ini membawa efek yang berbeda dalam proses komunikasi.

    2.3.Kegunaan Mempelajari Retorika
Mengapa komunikasi retoris itu penting? Konrad Lorenz mengatakan,Apa yang diucapkan tidak berarti juga didengar; apa yang didengar, tidak berarti juga dimengerti; apa yang dimengerti tidak berarti juga disetujui; apa yang disetujui tidak berarti juga diterima; apa yang diterima tidak berarti juga dihayati; apa yang dihayati tidak berarti juga mengubah  tingkah laku”.
Kalimat-kalimat ini mau mengungkapkan kesulitan dalam proses komunikasi antar manusia. Antara ide atau pikiran dan realisasinya yang kongkret terbentang satu jalan panjang, yang memiliki berbagai macam kesulitan dalam  penyampaian, sehingga dapat mengurangi efektivitas dalam proses komunikasi.
Oleh karena itu komunikasi retoris itu penting supaya apa yang diucapkan dapat dimengerti; apa yang dimengerti dapat disetujui; apa yang disetujui dapat diterima; apa yang diterima dapat dihayatidan apa yang dihayati dapat mengubah tingkah laku.   

  
BAB III
PENUTUP

  
          3.1.            Simpulan
Retorika adalah berbicara. Berbicara berarti mengucapkan kata atau kalimat kepada seseorang atau sekelompok orang, untuk mencapai suatu tujuan tertentu (memberikan informasi atau memberikan motivasi). Berbicara adalah salah satu kemampuan khusus pada manusia dan retorika berasal dari bahasa Yunani, “rhetrike” yang berarti seni kemampuan berbicara yang dimiliki seseorang. Aristoteles dalam bukunya “Rhetoric” mengemukakan pengertian retorika, yaitu kemampuan untuk memilih dan menggunakan bahasa dalam situasi tertentu secara efektif untuk mempersuasi orang lain. Sedangkan menurut Gorys Keraf, retorika adalah suatu istilah secara tradisional yang diberikan pada suatu teknik pemakaian bahasa sebagai seni yang didasarkan pada suatu pengetahuan yang tersusun baik. Dengan faktor yang mempengaruhinya yng dibagi atas 3 yaitu pada komunikator, faktor-faktor pada Resipiens, factor-faktor pada pesan dan medium.



            3.2.            Saran
Jadikanlah suatu ilmu retorika ini sebagai komunikasi yang baik dalam berkomunikasin dengan selalu memperhatikan faktor yang mempengaruhi efektivitas komunikasi retoris.


DAFTAR PUSTAKA

Assumpta, Sr Maria. 2005. Dasar-dasar Public Relation. Jakarta: Grasindo.
Departemen Pendidikan Nasional. 2005. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.
Hardjana, Agus M. 2003. Komunikasi Interpersonal Dan Intrapersonal. Yogyakarta:  Kansius.
Hendrikus, Wuwur Dori. 1991. Retorika, Terampil Berpidato, Berdiskusi, Berargumentasi, Bernegosiasi. Yogyakarta: Kansius.
Suprapto, Tommy. 2009. Pengantar Teori & Manajemen Komunikasi. Yogyakarta: MedPress.
Supratiknya. 1995. Komunikasi Antar Pribadi, Tinjauan Psikologis. Yogyakarta: Kansius.
Turner, Lynn H & Richard West. 2008. Pengantar Teori Komunikasi 1. Jakarta: Salemba Humunika.
Wiryanto. 2004. Pengantar Ilmu Komunikasi. Jakarta: Grasindo.

Jurnal Sosiolonguistik - "Interferensi Fonologi dalam Bahasa Indonesia di Lingkungan Alun-alun Ciamis"

INTERFERENSI FONOLOGI DALAM BAHASA INDONESIA DI LINGKUNGAN ALUN-ALUN CIAMIS Fani Rahmani , Linda Amalia , dan Putri Rizky Maylid...