Sunday, December 17, 2017

Makalah Semantik - "Kamus"



BAB I
PENDAHULUAN
      A. Latar Belakang
Belajar bahasa asing memerlukan alat penunjang yang antara lain adalah kamus. Barangkali kesulitan-kesulitan yang terjadi dalam pembelajaran bahasa asing dalam masalah kebahasaan dapat diatasi dengan bantuan kamus.
Penyusunan kamus merupakan proses yang panjang.
Setiap tahap dalam proses itu merupakan kumulasi dari penelitian dan analisis bahasa serta kegunaan praktis kamus hasil proses sebelumnya. Sejarah leksikografi (perihal penyusunan kamus) di Indonesia dimulai dari daftar kata atau glosarium ke kamus-kamus dwibahasa kemudian ke kamus-kamus ekabahasa. Menurut catatan, karya leksikografi tertua dalam sejarah studi bahasa di Indonesia ialah daftar kata Cina-Melayu pada permulaan abad ke-15, yang berisi 500 lema (entri).
Sejarah perkamusan dinegeri ini terus berkembang dari masa kemasa. Saat ini terdapat berbagai ragam karya leksikografi yang berkembang di Indonesia, baik itu termasuk kamus eka bahasa maupun dwibahasa untuk menjelaskan makna bahasa asing kedalam bahasa Indonesia. Banyak ditemukan di toko-toko buku berbagai ragam kamus seperti, Jepang, Perancis, Italia, Mandarin, Inggris, Arab, Spanyol dll. Dengan begitu banyaknya ragam kamus, sehingga tidak memungkinkan bagi penulis untuk membahasnya secara keseluruhan dan terinci, maka dalam makalah ini akan dibahas secara garis besar saja.

      B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut, rumusan masalah dalam makalah ini sebagai berikut.
1. Apa pengertian Leksikografi (Perkamusan)?
2. Apa jenis-jenis kamus ?
3. Bagaimana penyusunan kamus ?
4. Bagaimana sejarah dan perkembangan leksikografi di Indonesia ?
5. Apa fungsi kamus

      C. Tujuan penulisan
Sehubungan dengan latar belakang dan rumusan masalah tersebut, tujuan penulisan makalah ini sebagai berikut.
       1. Untuk mengetahui pengertian leksikografi.
       2. Untuk mengetahui jenis-jenis kamus.
       3. Untuk mengetahui penyusunan kamus.
       4. Untuk mengetahui sejarah dan perkembangan leksikografi.
       5. Untuk mengetahui fungsi kamus.

BAB II
PEMBAHASAN

A.    Pengertian Leksikografi
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia Leksikografi adalah cabang ilmu bahasa mengenai teknik penyusunan kamus dan perihal penyusunan kamus. Kamus adalah sejenis buku rujukan yang menerangkan makna kata-kata. Ia berfungsi untuk membantu seseorang mengenal perkataan baru. Selain menerangkan maksud kata, kamus juga mungkin mempunyai pedoman sebutan, asal-usul (etimologi) sesuatu perkataan dan juga contoh penggunaan bagi sesuatu perkataan. Untuk memperjelas kadang kala terdapat juga ilustrasi di dalam kamus. Biasanya hal ini terdapat dalam kamus bahasa Perancis.
Kata kamus diserap dari bahasa Arab qamus (قاموس), dengan bentuk jamaknya qawamis. Kata Arab itu sendiri berasal dari kata Yunani Ωκεανός (okeanos) yang berarti 'samudra'. Sejarah kata itu jelas memperlihatkan makna dasar yang terkandung dalam kata kamus, yaitu wadah pengetahuan, khususnya pengetahuan bahasa, yang tidak terhingga dalam dan luasnya. Dewasa ini kamus merupakan khazanah yang memuat perbendaharaan kata suatu bahasa, yang secara ideal tidak terbatas jumlahnya.

B.     Jenis-Jenis Kamus
Ada beberapa kriteria yang digunakan untuk mneyebut mana jenis kamus, diantaranya berdasarkan bahasa sasaran, ukuran tebal-tipis kamus, sifat kamus, dan isi kamus. Disini perlu dijelaskan dulu definisi bahasa sasaran adalah bahasa yang digunakan untuk menjelaskan makna kata-kata yang dikamuskan. Sedangkan bahasa yang dikamuskan disebut bahasa sumber
Berdasarkan Bahasa Sasaran
Berdasarkan bahasa sassarannya dapat dibedakan adanya kamus ekabahasa (monolingual), kamus dwibahasa (bilingual), dan kamus aneka bahasa (multilingual).
1. Kamus Ekabahasa
Kamus ekabahasa adalah kamus yang bahasa sumbernya sama dengan bahasa sasarannya. Atau dengan kata lain, kata-kata yang dikamuskan dijelaskan maknanya dengan kata-kata dari bahasa yang sama.
2. Kamus Dwibahasa
Kamus dwibahasa adalah kamus yang bahasa sumbernya tidak sama dengan bahasa sasarannya. dengan kata lain, kata-kata dari bahasa yang dikamuskan dijelaskan dengan kata-kata dari bahasa lain.
3. Kamus Aneka Bahasa
Kamus aneka bahasa adalah kamus yang kata-kata bahasa sumber dijelaskan dengan padanannya dalam tiga bahasa atau lebih.
Berdasarkan Ukurannya
Yang dimaksud dengan ukuran di sini adalah tebal-tipisnya sebuah kamus. Tebal-tipisnya tentu berkaitan dengan banyaknya lema yang disajikan dan banyak sedikitnya informasi yang diberikan. 
1. Kamus Besar
Kamus besar adalah kamus yang memuat semua kosakata, termasuk gabungan kata, idiom, ungkapan, pribahasa, akronim, singkatan, dan semua bentuk gramatika dari bahasa tersebut, baik yang masih digunakan maupun yang sudah arkais.
2. Kamus Terbatas
Kalau dalam kamus besar semua kata yang ada dalam suatu bahasa didaftarkan sebagai lema, maka dalam kamus terbatas ini jumlah kata yang dimasukkan sebagai lema dibatasi, begitu juga dengan makna dan keterangan-keterangan lain dibatasi. Banyaknya kata yang dijadikan lema tergantung dari tujuan kamus itu. Kedalam kelompok kamus terbatas ini adalah:
a. Kamus saku
Disebut kamus saku atau kamus kantong karena ukurannya yang kecil dan tidak tebal sehingga dapat dimasukkan ke dalam saku baju.
b.  Kamus Pelajar
Kamus pelajar juga merupakan kamus terbatas, yang jumlah lemanya ditentukan oleh tingkat pendidikan dimana kamus itu digunakan.
Berdasarkan Isinya
Berikut akan diuraikan kamus-kamus berdasarkan isinya tersebut
1. Kamus Lafal
Kamus lafal adalah kamus berisi lema-lema yang disusun dari A sampai Z disertai cara mengucapkan lema-lema tersebut dan tidak ada keterangan lain.
2. Kamus Ejaan
Kamus ejaan adalah kamus yang mendaftarkan lema dengan ejaan yang benar, sesuai dengan pedoman ejaan, serta pemenggalan kata atas suku katanya
3. Kamus Sinonim
Kamus sinonim adalah kamus yang penjelasan makna lemanya hanya berupa sinonim dari kata-kata tersebut baik dalam bentuk sebuah kata maupun dalam bentuk gabungan kata.
4. Kamus Antonim
Kamus antonim adalah kamus yang penjelasan lemanya dalam bentuk kata yang merupakan kebalikannya, lawannya, atau kontrasnya.
5. Kamus Homonim
Kamus homonim adalah kamus yang mendaftar bentuk-bentuk yang berhomonim beserta dengan makna atau penjelasan konsepnya. Bentuk-bentuk kata yang berhononim bukanlah sebuah kata, melainkan dua buah kata atau lebih.
6. Kamus Ungkapan/Idiom
Kamus ungkapan atau kamus idiom adalah kamus yang memuat satuan-satuan bahasa berupa kata atau gabungan kata yang maknanya tidak dapat diprediksi dari unsur-unsur pembentuknya, baik secara leksikal, maupun gramatikal.
7. Kamus Ungkapan/Akronim
Kamus singkatan atau kamus akronim adalah kamus yang hanya memuat singkatan kata dan ada dalam satu bahasa. Setiap lema yang berupa singkatan atau akronim itu hanya dijelaskan dengan kepanjanganya saja.
8. Kamus Etimologi
Kamus etimologi adalah kamus yang penjelasan lemanya bukan mengenai makna, melainkan mengenai asal-usul kata itu, serta perubahan-perubahan bentuknya.
9. Kamus Istilah
Kamus istilah adalah kamus yang hanya memuat kata-kata atau gabungan kata yang menjadi istilah dalam suatu bidang ilmu atau kegiatan tertentu.
10.  Kamus yang Ideal
Meskipun dikatakan tidak akan ada kamus yang sempurna, namun apabila hal-hal berikut ada dalam sebuah kamus, maka dapat dikatakan bahwa kamus tersebut adalah kamus yang baik, yang ideal, atau yang bisa diharapkan.
a.      Kelengkapan Lema
Kelengkapan lema adalah semua kata suatu bahasa, baik yang monomorfemis, maupun yang polimorfemis, didaftarkan sebagai lema di dalam sebuah kamus baik kamus ekabahasa maupun kamus dwibahasa.
b.      Sistematika Susunan Lema
Sistematika susunan lema mudah diikuti. Lema dalam setiap kamus biasanya, dan sudah seharusnya, disusun menurut abjad.
c.       Glossnya Lengkap, Tepat dan Jelas
Gloss adalah makna atau penjelasan terhadap suatu lema atau sublema. Oleh karena itu, informasi makna yang disajikan harus mudah dipahami, tepat sesuai dengan konsepnya, dan lengkap menyangkut semua kemungkinan makna polisemi, kias, dan asosiasi yang di miliki sebuah kata.
d.      Petunjuk Lafal dan Ejaan
Kamus yang baik harus memberi informasi mengenai lafal atau cara mengucapkan sebuah kata. Sejalan dengan petunjuk lafal juga harus ada petunjuk mengenai ejaan yang baku, dan ejaan yang tidak baku.
e.       Informasi Kategori Kata
Di dalam kamus yang ideal, perlu adanya informasi mengenai kategori kata, baik pada lema pokok maupun pada sublema.
f.         Informasi Variasi Kata
Dalam praktik berbahasa, banyak kata yang mempunyai variasi bentuk di lihat dari segi ucapan, ejaan.
g.      Informasi Asal-usul Kata
Asal-usul kata juga harus diinformasikan di dalam sebuah kamus yang ideal, terutama mengenai kata serapan.
h.       Informasi Bidang Pemakaian
Kata-kata, terutama yang masih bersifat istilah, perlu di beri informasi bidang penggunaannya.
i.        Informasi Wilayah Pemakaian
Banyak kata bersinonim yang berbeda wilayah atau daerah pemakaiannya, sehingga perlu diinformasikan dareah pemakaiannya.
j.        Informasi Kelas Sosial
Ada sejumlah kata bersinonim yang digunakan dalam kelas sosial masyarakat yang berbeda. Ini pun harus diinformasikan agar orang tidak salah menggunakannya.
k.      Informasi Kata-kata Baku  
Baku dan tidaknya sebuah kata bisa berkenaan dengan lafal, ejaan, atau kedaerahan. Baku dan tidaknya sebuah kata perlu diinformasikan agar orang tidak salah menggunakannya.

C. Penyusunan Kamus
Penyusunan kamus biasanya dilakukan secara bertahap dan disusun secara berkelompok (team work).Secara umum, penyusunan kamus akan melalui prosedur seperti di bawah:
  1. Perancangan
  2. Pembinaan Data Korpus
  3. Pengisihan dan Pengabjadan Data
  4. Pengolahan Data
  5. Pemerian Makna
Perancangan Kamus
Pada peringkat ini, penyusun kamus harus menentukan perkara seperti di bawah:
  • Tujuan Penyusunan Kamus
  • Pendekatan Kerja
Selepas itu, penyusun kamus akan mulai mengumpulkan bahan-bahan yang diperlukan seperti pasukan penyusunnya, modal, komputer dan peralatan yang lain.
Pembinaan Data Korpus
Hanya kata-kata yang pernah digunakan oleh masyarakat akan dimasukkan ke dalam kamus. Maka dengan itu, pasukan penyusun kamus akan membaca sejumlah karya untuk mendapatkan kata-kata kutipan yang akan dimasukkan ke dalam kamus nanti. Kata-kata ini akan dicatat ke dalam kartu, satu kata satu kartu, dan kartu-kartu ini disusun mengikuti urutan abjad. Semua kata-kata yang pernah muncul dalam karya yang terbaca akan dicatat. Pekerjaan ini merupakan pekerjaan yang berat, tetapi pada zaman sekarang dipermudah dengan bantuan komputer.
Pengisihan dan Pengabjadan Data
Prosedur ini merupakan prosedur yang sangat penting. Setiap kata yang telah dicatat akan disusun menurut abjad. Jika tidak, maka kamus tersebut menjadi tidak berguna karena akan sangat sulit untuk mencari arti suatu kata. Secara manual, kerja ini dapat dilakukan dengan mencatat kata-kata kutipan di dalam kartu, satu kata satu kartu, supaya kata-kata ini dapat disusun dengan mudah. Setelah itu kartu-kartu ini akan disimpan dalam katalog.
Pengolahan data
Setelah kata-kata dikumpulkan dan diabjadkan, maka data ini harus dianalisis. Pada peringkat ini penyusun kamus akan mengklasifikasikan kata-kata ini kepada:
  • Kata-kata yang lewah (tak perlu)
  • Kata-kata baru
  • Kata-kata neologisme (Kata-kata baru yang jarang digunakan)
  • Kata-kata yang mengalami perubahan makna
Selepas itu, penyusun kamus akan membuangkan kata-kata yang lewah, mendokumentasikan kata-kata neologisme, dan mengambil kata-kata baru dan kata-kata yang mengalami perubahan makna ke peringkat "pemberian makna"
Pemberian Makna
Pemberian makna bermaksud menjelaskan makna suatu kata. Ini dapat dilakukan dengan menggunakan ilmu semantik dan pragmatik. Penyusun kamus dapat menggunakan bahan rujukan seperti kamus yang sudah ada, daftar istilah, dan sebagainya untuk mencari maksud sesuatu kata.

D.  Sejarah dan Perkembangan Leksikografi
Leksikografi adalah bidang ilmu bahasa yang mengkaji cara pembuatan kamus.Sebagian besar (atau bahkan semua) sarjana memiliki kamus, namun mereka belum tentu tahu bahwa penulisan kamus yang baik harus melalui berbagai proses.Dua nama besar yang mengawali penyusunan kamus adalah Samuel Johnson (1709-1784) dan Noah Webster (1758-1843). Johnson, ahli bahasa dari Inggris, membuat Dictionary of the English Language pada tahun 1755, yang terdiri atas dua volume. Di Amerika, Webster pertama kali membuat kamus An American Dictionary of the English Language pada tahun 1828, yang juga terdiri atas dua volume. Selanjutnya, pada tahun 1884 diterbitkan Oxford English Dictionary yang terdiri atas 12 volume.

Perkamusan di Indonesia
Menurut catatan, karya leksikografi tertua dalam sejarah studi bahasa di Indonesia adalah daftar kata Tionghoa-Melayu pada awal abad ke-15. Daftar ini berisi 500 lema. Ada pula daftar kata Italia-Melayu yang disusun oleh Pigafetta pada tahun 1522. Kamus antarbahasa tertua dalam sejarah bahasa Melayu adalah Spraeck ende woord-boek, Inde Malaysche ende Madagaskarsche Talen met vele Arabische ende Turcsche Woorden karya Frederick de Houtman yang diterbitkan pada tahun 1603. Kamus bahasa Jawa tertua adalah Lexicon Javanum (1706) yang sekarang tersimpan di Vatikan. Kamus Bahasa Sunda baru ditulis oleh A. de Wilde tahun 1841, dengan judul Nederduitsch-Maleisch en Soendasch Woordenboek. Kamus-kamus yang ditulis oleh para ahli bahasa asing tersebut biasanya terbatas pada kamus dwibahasa (bahasa asing-bahasa di Indonesia ataupun sebaliknya).
Kamus ekabahasa pertama di Indonesia merupakan kamus bahasa Melayu yang ditulis oleh Raja Ali Haji, berjudul Kitab Pengetahuan Bahasa, yaitu Kamus Loghat Melayu-Johor-Pahang-Riau-Lingga penggal yang pertama. Kamus ini terbit pada abad ke-19. Kitab Pengetahuan Bahasa sebenarnya bukan kamus murni namun merupakan kamus ensiklopedia untuk keperluan pelajar.Pada tahun 1939 terbit kamus Bahasa JawaBaoesastra Djawa karangan W.J.S Poerwadarminta, C.S. Hardjasoedarma, dan J.C. Poedjasoedira. Boesastra Djawa merupakan kamus ekabahasa, seperti juga Kamoes Bahasa Soenda (1948) karangan R. Satjadibrata.Setelah kemerdekaan penerbitan kamus di Indonesia menjadi lebih merebak. Pusat Bahasa merupakan penerbit utama kamus Bahasa Indonesia berukuran besar. Selain itu Pusat Bahasa turut pula menerbitkan puluhan kamus bahasa daerah.
Kamus besar terbitan Pusat Bahasa pertama adalah Kamus Umum Bahasa Indonesia (1952) yang diselenggarakan oleh W.J.S. Poerwadarminta. Edisi kelima terbit pada tahun 1976. Kemudian pada tahun 1988 terbit Kamus Besar Bahasa Indonesia yang dimaksudkan sebagai kamus baku untuk bahasa Indonesia. Kamus ini merupakan hasil karya tim, dengan pemimpin redaksi Sri Sukesi Adiwimarta dan Adi Sunaryo, dan penyelia Anton M. Moeliono. Edisi ketiga Kamus Besar Bahasa Indonesia diterbitkan pada tahun 2002. Kamus edisi ketiga ini memuat sekitar 78.000 lema.
Selain Pusat Bahasa berbagai pihak lain turut pula menyelenggarakan kamus bahasa Indonesia. Kamus besar Bahasa Indonesia yang patut disebut di sini adalah Kamus Indonesia oleh E. St. Harahap (cetakan ke-9, 1951), Kamus Besar Bahasa Indonesia (1951), oleh Hassan Noel Arifin, Kamus Modern Bahasa Indonesia (1954) oleh Sutan Muhammad Zain.
E.  Fungsi Kamus
Kamus merupakan buku acuan yang memuat kata dan ungkapan, biasanya disusun menurut abjad berikut keterangan tentang makna, pemakaian dan terjemahannya. Berbeda dengan kamus, sebuah acuan yang memberikan uraian tentang berbagai cabang ilmu atau bidang ilmu tertentu dalam artikel-artikel terpisah, maka disebut ensiklopedi, sedangkan bila kata-kata tersebut tidak disusun secara alfabetis melainkan disusun atas dasar pengelompokan hiponim, sinonim dan antonim, maka disebut tesaurus.
Kamus berguna membantu para pemakai untuk mengenal kata-kata baru berikut maknanya. Selain menerangkan makna kata, kamus juga memuat cara-cara mengucapkan kata tersebut, menerangkan asal kata serta memberikan contoh-contoh penggunaannya dalam masyarakat. Sebagaimana dikatakan pula oleh Samuel Johnson, Bapak leksikografi Inggris, Penyusun Dictionary of the English Language (1755 ), bahwa fungsi kamus adalah memelihara kemurnian bahasa. Pendapat yang sama juga dikemukakan oleh Noah Webster, bapak leksikografi Amerika, penyusun An American Dictionary of The English Language (1882). Sedangkan Dr. Hamid Shadik Qatibi memandang kata kamus merupakan sinonim dari kata mu’jam dan memiliki fungsi-fungsi sebagai berikut:
1.      Menemukan makna sebuah kata.
2.      Menetapkan palafalan dan cara pengucapan.
3.      Menetapkan ejaan.
4.      Menelusuri asal asul sebuah kata.
5.      Membedakan antara kata yang tak lazim dan tak terpakai serta menjelaskan kata-kata yang murni dan serapan.
6.      Mengetahui sinonim dan antonim.
7.      Penggunaan kata-kata sastra dan peribahasa.
8.      Pengetahuan yang bersifat ensiklopedia .Sama halnya dengan pendapat Qatibi tentang fungsi kamus diatas adalah pendapat Mukhtar Umar yang menyebutkan juga bahwa fungsi kamus yaitu untuk menerangkan cara menulis kata, labih-lebih bila huruf alfabet yang/ ditulis tidak mewakili sepenuhnya suara yang dilafalkan, disamping untuk menentukan fungsi morfologis sebuah kata dan penentuan stress (tekanan) saat pelafalan.

BAB III
PENUTUP

A Simpulan
Berdasarkan pembahasan masalah diatas dapat disimpulkan bahwa:
 Leksikografi adalah cabang ilmu bahasa mengenai teknik penyusunan dan perihal penyusunannya. Penyununan kamus merupakan pekerjaan yang tidak mudah, karena melalui banyak proses atau tahapan yaitu perancangan, pembinaan data korpus, pengisian dan pengabjadan data, pengolahan data, dan pemberian makna. Jenis kamus terbagi menjadi 3 yaitu : Berdasakan bahasa sasaran, berdasarkan ukurannya, berdasarkan isinya dan berdasarkan kamus yang ideal. Menurut catatan karya leksikografi tertua dalam sejarah studi bahasa di Indonesia adalah daftar kata Tionghoa-Melayu pada awal abad ke-15, dan diikuti karya-karya Leksikografi lainnya

B.  Saran      
Sebagaimana dalam pembahasan yang telah dipaparkan maka penulis mengajak para pembaca untuk  lebih mengerti lagi bagaimana tentang leksikografi, jenis-jenisnya, sejarah perkembangan, dan fungsinya itu terdapat apa saja dan dapat dijadikan sebagai ilmu pengetahuan untuk menambah wawasan, terutama dalam pembelajaran.


Jurnal Sosiolonguistik - "Interferensi Fonologi dalam Bahasa Indonesia di Lingkungan Alun-alun Ciamis"

INTERFERENSI FONOLOGI DALAM BAHASA INDONESIA DI LINGKUNGAN ALUN-ALUN CIAMIS Fani Rahmani , Linda Amalia , dan Putri Rizky Maylid...